Penulis: Ustadz Alwan Asyari Firdaus, Lc. hafizhahullah
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
تَغَرَّب عَنِ الأَوطانِ في طَلَبِ العُلا وَسافِر فَفي الأَسفارِ خَمسُ فَوائِدِ تَفَرُّجُ هَمٍّ وَاِكتِسابُ مَعيشَةٍ وَعِلمٌ وَآدابٌ وَصُحبَةُ ماجِدِ
Merantaulah dari negerimu dalam mencari kemuliaan. Bersafarlah! karena dalam safar terdapat lima faedah. Menghilangkan kesedihan, mencari bekal hidup, mencari ilmu, adab, dan teman sejati”.[1]
Manusia terkadang tidak bisa terlepas dari keadaan yang menuntutnya untuk melakukan perjalanan atau bersafar, baik untuk urusan-urusan agama maupun untuk urusan-urusan dunia.
Maka, hendaklah seorang Muslim menerapkan adab safar yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sehingga safar tersebut mendatangkan keberkahan Allah robbul’alamin dan keridhoan-Nya.
Saudaraku yang dirahmati Allah robbul’alamin,
Berikut beberapa bekal dan adab yang harus diperhatikan seorang Muslim ketika bepergian dan bersafar:
- Menghadirkan niat baik
Yaitu seorang bersafar untuk tujuan yang mubah atau ketaatan kepada Allah robbul’alamin. Hendaklah ia menjadikan safarnya sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah robbul’alamin dengan penuh keikhlasan. Sehingga, itu menjadi amalan baik yang membuahkan pahala.
- Ber-istikharah
Yaitu seorang Muslim melakukan shalat istikharah (meminta petunjuk) dari Allah robbul’alamin dalam setiap urusan yang mubah. Termasuk di antaranya urusan bersafar.
- Bermusyawarah
Hendaklah seorang Muslim yang akan bersafar agar bermusyawarah dan meminta nasihat kepada orang yang dipercaya, baik dari kalangan karib kerabat, keluarga ataupun temannya. Sehingga ia mendapatkan hal baik di perjalannya kelak.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. (QS. Ali Imran [3]:159)
- Bertaubat kepada Allah dan menunaikan hak manusia
Orang yang akan safar hendaklah baginya untuk meminta ampunan kepada Allah dari segala dosa dan maksiat, lalu meminta maaf kepada orang lain atas kedzoliman yang ia pernah lakukan. Yakni, dengan mengembalikan hak mereka, menunaikan hak mereka, atau dengan melunasi hutang-hutang yang belum ia tunaikan sebelumnya, tentunya disesuaikan dengan kemampuan yang ia miliki. Ini sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam ketika hendak hijrah ke Madinah, beliau menugaskan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu untuk mengembalikan titipan-titipan kepada pemiliknya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”. (QS. An-Nisa [4]:58)
- Mempersiapkan diri dan bekal bawaan yang cukup berupa harta halal
- Wanita tidak bersafar kecuali didampingi mahramnya
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ تُسَافِرُ مَسِيْرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ مِنْهَا
“Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir bersafar selama satu hari satu malam tanpa didampingi oleh mahramnya.”[2]
- Menunjuk pemimpin atau amir safar
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
إِذَا خَرَجَ ثَلَاثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوْا أَحَدَهُمْ
“Jika tiga orang keluar dalam sebuah safar, hendaklah mereka menunjuk salah satu dari mereka menjadi pemimpin.”[3]
- Mengucapkan doa keluar rumah
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ يَعْنِيْ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ: ((بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ))
"Barangsiapa yang ketika keluar dari rumahnya mengucapkan: (Dengan nama Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)”.
- Mengucapkan doa naik kendaraan dan doa safar
Sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu’alaihi wasallam:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا اسْتَوَى عَلَى بَعِيرِهِ خَارِجًا إلى سَفَرٍ، كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: (سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وإنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ، اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا البِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ العَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ في السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ المَنْظَرِ، وَسُوءِ المُنْقَلَبِ فِي المَالِ وَالأهْلِ)
"Apabila Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam telah berada di atas kendaraan hendak bepergian, maka terlebih dahulu beliau bertakbir sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membaca doa sebagai berikut, "(Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridhai. Ya Allah, permudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah pendampingku dalam bepergian dan mengurusi keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan kepulangan yang buruk dalam harta dan keluarga)".[4]
- Menjadikan waktu safar banyak dilakukan pada malam hari
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالدُّلْجَةِ فإنَّ الْأَرْضَ تُطْوَى بِاللَّيْلِ
“Hendaknya kalian memilih safar pada malam hari karena bumi akan dilipat di malam hari”.[5]
- Memperbanyak do’a dan dzikir
Sebagaimana hadits dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu’anhu ia berkata:
كُنَّا إذَا صَعِدْنَا كَبَّرْنَا، وإذَا تَصَوَّبْنَا سَبَّحْنَا
“Apabila kami berjalan mendaki (naik), kami bertakbir. Dan apabila kami menuruni jalan kami bertasbih”.[6]
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيْهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
“Tiga macam doa yang akan dikabulkan yang tidak ada keraguan padanya: Doa orang terzalimi; Doa musafir; dan Doa orang tua atas anaknya”.[7]
- Istirahat di tengah perjalanan
Hendaknya Musafir beristirahat sejenak dan meng-istirahatkan kendaraannya. Ini sebagaimana sabda Rasul shallallahu’alaihi wasallam:
إِذَا سَافَرْتُمْ فِي الْخِصْبِ، فَأَعْطُوْا الْإِبِلَ حَظَّهَا مِنَ اْلأَرْضِ
“Bila kalian tengah melintasi tanah yang subur, maka berilah bagian kepada unta tunggangan untuk makan dari rumputnya”.[8]
- Berdoa ketika singgah di suatu tempat
مَن نَزَلَ مَنْزِلًا، ثُمَّ قالَ:( أَعُوذُ بكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ) لَمْ يَضُرَّهُ شَيءٌ حتَّى يَرْتَحِلَ مِن مَنْزِلِهِ ذلك.
“Barangsiapa yang singgah pada suatu tempat kemudian mengucapkan: (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang Maha Sempurna dari kejahatan makhluk-makhluk yang diciptakanNya). Maka, tidak ada yang mampu mengganggunya hingga ia beranjak dari tempat tersebut”.[9]
- Shalat dua raka’at sebelum pulang ke rumah
Itu merupakan sunnah yang dilakukan di masjid dekat rumahnya. Sesungguhnya Nabi shallallahu’alaihi wasallam apabila kembali dari safar beliau mendatangi masjid terlebih dahulu, lalu shalat dua rakaat.[10]
Mintalah petunjuk dari Allah dalam setiap urusan
Referensi:
[1] Diwan Imam Asy-Syafi’i
[2] Shahih, HR. Bukhari 1088, Muslim 1339 dari Abu Hurairah
[3] Shahih, HR. Abu Dawud 2608 dari Abu Sa’id Al-Khudri
[4] Shahih, HR. Muslim 1342 dari ‘Abdullah bin ‘Umar
[5] Shahih, HR. Abu Dawud 2571 Anas bin Malik
[6] Shahih, HR. Bukhari 2993
[7] Hasan Shahih, HR. Abu Dawud 1536 At-Tirmidzi 1905 dari Abu Hurairah
[8] Shahih, HR. Muslim 683 dari Anas bin Malik
[9] Shahih, HR. Muslim 1926 dari Khaulah binti Hakim
[10] Shahih, HR. Bukhari 4418 Muslim 2769 dari Ka’ab bin Malik
Dikutip dari: