Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ Dan sesungg
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl: 36)
▬▬▬
Dakwah yang paling utama adalah dakwah tauhid, bagaimana mengajak umat agar beribadah hanya kepada Allah rabbul ‘alamin. Maka setiap dakwah yang di dalamnya tidak ada unsur tauhid, tidak ada unsur mengajak agar manusia mengesakan Allah, tidak ada unsur mengajak agar manusia meninggalkan segala bentuk kesyirikan, maka tidak bisa disebut sebagai dakwah, karena inti dakwah adalah mengajak manusia agar mereka bisa mengesakan Allah rabbul alamin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Cabang keimanan yang paling tinggi adalah tauhid, maka yang pertama kali diajarkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tauhid. Jika seseorang bisa mentauhidkan Allah, bersih dari segala bentuk kesyirikan, maka dijamin akan masuk surga, sebagaimana dalam sebuah hadits Qudsi di mana Allah berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً
“Wahai anak Adam! Jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” (HR. at-Tirmidzi)
Faidah dari Al-Ustadz,
BENI SARBENI, Lc, M.Pd.
Hafidzhahullah