Kaidah Pertama: Istiqamah Adalah Anugerah dan Karunia dari Allah

KAIDAH PERTAMA: ISTIQAMAH ADALAH ANUGERAH DAN KARUNIA DARI ALLAH

Oleh: Syaikh ‘Abdurrazzaaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr

Banyak ayat dalam Alquran, Allah subhanahu wa ta’ala menyandarkan hidayah shirathal mustaqim (jalan yang lurus) kepada diriNya, dan segala urusan mutlak berada ditanganNya, Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Allah juga menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki, dan ditanganNya pulalah hati-hati para hambaNya. Siapa yang Ia kehendaki maka akan diistiqamahkan diatas jalanNya, dan siapa saja yang Ia kehendaki Dia akan dipalingkan dari jalanNya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا (66) وَإِذًا لَآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا (67) وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (68)

“Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nisa [4]: 66-68)

Maka hidayah menuju shirathal mustaqim (jalan yang lurus) mutlak berada ditangan Allah,

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (175)

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” (QS. An-Nisa [4]: 175)

Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (25)

“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam)”. (QS. Yunus [10]: 25)

Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (39)

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Al-An’am [6]: 39)

Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (46)

“Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. An-Nur [24]: 46)

Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ (27) لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ (28) وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (29)

“Al Quran itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” (QS. At-Takwir [81]: 27-29)

Dan ayat-ayat yang semakna dengan ini sangatlah banyak, maka hidayah mutlak berada ditangan Allah ‘azza wa jalla, Allah memberikan nikmat hidayah ini kepada siapa saja yang Ia kehendaki dari kalangan para hambaNya.

Oleh karena itu kaidah yang pertama dalam meraih istiqamah dan pondasinya adalah menghadapkan diri kepada Allah secara tulus dalam meminta keistiqamahan, karena hidayah istiqamah mutlak berada ditangan Allah ‘azza wa jalla, Dzat yang memberikan petunjuk jalan shirathal mustaqim (jalan yang lurus).

Dan sungguh diantara doa yang sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ, ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku diatas agamaMu.“

Inilah yang dimaksud dengan teguh diatas istiqamah

Ummu Salamah –semoga Allah meridhainya- berkata,

يَا رَسُوْلَ اللهِ ! أَوَ إِنَّ الْقُلُوْبَ لَتَتَقَلَّبُ؟ قَالَ: (( نَعَمْ, مَا مِنْ خَلْقِ اللهِ مِنْ بَنِيْ آدَمَ مِنْ بَشَرٍ إِلَّا أَنَّ قَلْبَهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللهِ, فَإِنْ شَاءَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَقَامَهُ, وَإِنْ شَاءَ أَزَاغَهُ))

“’Wahai Rasulullah! Apakah hati itu berbolak-balik?’ Beliau menjawab, ‘Ya, tidaklah seorangpun makhluk dari anak cucu adam dari manusia, kecuali hatinya diantara dua jari jemari Allah, maka jika Allah menghendaki akan Ia tegakkan (luruskan) dan jika Ia menghendaki akan Ia palingkan’.”1

Jadi, istiqamah mutlak berada ditangan Allah, barangsiapa saja yang mengiginkannya maka mintalah kepada Allah dan terus meminta kepadaNya tanpa dihinggapi rasa bosan.

‘Aisyah -semoga Allah meridhainya- pernah ditanya, Dengan apa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memulai shalat malam?

قَالَتْ, كَانَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ افْتَتَحَ صَلَاتَهُ قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنْ الْحَقِّ إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“la menjawab, ‘Apabila bangun malam maka beliau memulai shalat dengan mengucapkan doa: Ya Allah, Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil, Sang pencipta langit dan bumi, Maha mengetahui hal-hal yang ghaib dan yang nampak, Engkau menghukumi di antara hamba-hambaMu dalam perselisihan mereka. Ya Allah, tunjukilah aku kepada kebenaran yang banyak diperselisihkan. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus’.” (HR. Muslim No. 770)

Maka demikianlah kebiasaan beliau shalallahu ‘alaihi wasallam memulai doa pada setiap shalat malamnya dengan doa,

إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.”

Oleh karena permohonan hidayah itu adalah perkara yang sangat besar, maka Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan kepada semua hambaNya untuk meminta hidayah kepada jalan yang lurus ini dengan sesering mungkin dan berulang-ulang dalam sehari dan semalamnya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah [1]: 6-7)

Sebagian Ahli ilmu berkata,

“Selayaknya bagi orang-orang awwam untuk memperhatikan doa ini, yaitu manakala dia mengucapkan:”

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah [1]: 6)

Bahwa anda sedang berdoa kepada Allah dengan doa yang telah Allah wajibkan kepada anda yang setidaknya tidak kurang dari 17 kali dalam sehari dan semalamnya pada setiap rakaat shalat wajib.

Oleh karena itu wajib atas setiap muslim agar berusaha untuk menghadirkan hati dan perasaan ketika membacanya dan merasakan bahwa ayat ini adalah doa.

Syaikhul islam rahimahullah berkata,

“Ketika saya memperhatikan antara doa yang paling bermanfaat, maka saya mendapatkan ternyata doa tersebut adalah meminta pertolongan kepada Allah diatas keridhaanNya, kemudian saya memperhatikan surat Al-Fatihah pada ayat

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5)

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah [1] :5)2

Dan beliau berkata:

“Seorang hamba diperintahkan untuk senantiasa berdoa meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala hidayah agar dapat istiqamah.”3

Maka anda dituntut untuk mendawamkan (membiasakan) doa ini, yaitu berdoa meminta kepada Allah hidayah agar bisa istiqamah, yang terdapat didalam surat Al-Fatihah.

Diantara kebiasaan Imam Al-Hasan Al-Bashri adalah ketika beliau membaca ayat

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا …. (30)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka istiqamah (meneguhkan pendirian mereka)….” (QS. Fushilat [41]: 30)

Beliau berdoa: “Ya Allah Engkaulah Rabbuna (Tuhan kami) maka berikanlah kepada kami keistiqamahan.”4

Bersambung in syaa Allah…

Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Ainun Wahidin, Lc. dari kitab:
‘Asyru Qawaa’id Fil Istiqaamah, Syaikh ‘Abdurrazzaaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr


Footnote

[1] Dikeluarkan oleh Imam Ahmad pada hadits No. 26576, dan Attirmidzi pada hadits No. 3522 dan beliau menghasankannya, lihat pula dalam Ash-Shahihah milik Syaikh al-Albani pada hadits No. 2091 

[2] Madarijussalikin yang ditulis oleh Ibnul Qoyyim pada jilid 1 halaman 78 

[3]  Iqtidhaush Shirathal Mustaqim pada jilid 1 halaman 83

[4] Diriwayatkan oleh Imam Ath- Thabari dalam tafsirnya jilid ke 21 pada halaman 465. 

Satu tanggapan untuk “Kaidah Pertama: Istiqamah Adalah Anugerah dan Karunia dari Allah

Komentar ditutup.