Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ.
“Dua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya, untuk apa dia habiskan? Tentang ilmunya, sejauh mana ia amalkan? Tentang hartanya, darimana ia dapatkan dan untuk apa ia gunakan? Dan tentang jasadnya, untuk apa ia gunakan?”
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2417), beliau berkata: “Hadits Hasan Shahih”)
▬▬▬
Tidak mengalakan ilmu itu ada dua macam:
Pertama, Tidak mengamalkan kewajiban-kewajiban syariat, dan tidak meninggalkan larangan-larangan agama. Ini termasuk dosa besar, kepadanya lah ditujukan ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengancam meninggalkan ilmu.
Kedua, Meninggalkan mustahabbat (amalan-amalan yang dianjurkan) dan melakukan perkara-perkara yang makruh. Sikap seperti ini terkadang dicela, hanya saja tidak masuk ke dalam ancaman, akan tetapi bagi seorang penuntut ilmu, ia mesti betul-betul menjaga perkara sunnah dan meninggalkan perkara makruh.
[Bisa dilihat penjelasannya dalam kitab ‘Awaiqul Thalab (hal. 23) karya Syaikh Abdus Salam bin Barjas]
Faidah dari Al-Ustadz,
🔳 BENI SARBENI, Lc, M.Pd.
Hafidzhahullah