Menggapai Kejayaan Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

MENGGAPAI KEJAYAAN ISLAM
Oleh: Ustadz Beni Sarbeni, Lc

Pendahuluan:

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ١٣٩ إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ ١٤٠

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada´. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Ali Imran [3]: 139-140).

Syaikh as-Sa’di berkata: “Allah menjelaskan, tidak selayaknya mereka itu lemah dan bersedih karena mereka yang lebih mulia ketika mereka beriman dengan mengharapkan pertolongan dan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala, karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya)”.

Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menghibur mereka ketika mereka mendapatkan kekalahan, juga menjelaskan hikmah besar di balik semua itu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa”, kalian dan mereka sama-sama luka, hanya saja kalian mengharapkan pahala dari Allah sementara mereka tidak bisa mengharapkannya, Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan di ayat lainnya:

إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ 

“Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan”. (QS. An-Nisa [4]: 104).

Diantara hikmah adanya kekalahan dalam kehidupan dunia:

Pertama: Karena kehidupan dunia Allah berikan kepada orang yang beriman dan kafir, orang yang baik juga berperilaku buruk, Allah subhanahu wa ta’ala memutarkannya, kadang menang kadang kalah dan seterusnya, karena kehidupan dunia itu berakhir dengan  kefanaan, berbeda dengan kehidupan akhirat yang khusus bagi orang-orang yang beriman.

Kedua: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada”.

Diantara hikmah berputarnya kehidupan dunia adalah Allah agar jelas mana orang yang beriman dan mana pula orang munafik, seandainya kemenangan senantiasa diberikan kepada orang-orang yang beriman dalam setiap peristiwa, maka akan masuk ke dalam Islam orang yang sebenarnya tidak menginginkan Islam, dan agar jelas orang-orang yang menginginkan Islam dalam keadaan manis maupun pahit.

Lalu apa yang dimaksud dengan kejayaan umat Islam ?

Kata jaya artinya beruntung, berhasil, atau hebat.

Kejayaan Umat Islam artinya kemenangan Umat Islam, baik dalam kehidupan dunia apalagi kehidupan akhirat, maka kemenangan Umat Islam tidak hanya dilihat dari gemerlap dunia yang mereka dapatkan, akan tetapi sejauh mana kehidupan mereka begitu dekat dengan nilai-nilai akhirat.

Sebaliknya kesibukan dunia dengan melupakan akhirat, adalah awal dari kehancuran dunia dan akhirat, bahkan ia adalah kehancuran yang sebenarnya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَوَاللَّهِ مَا الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

“Demi Allah, tidaklah kefakiran aku takuti menimpa kalian, akan tetapi aku takut jika dunia dilapangankan untuk kalian sebagaimana dilapangkan untuk orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka pun berlomba-lomba mendapatkannya, dan dunia itu menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka”. (Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)

Kehinaan yang menimpa kaum Muslimin beserta solusinya

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

“Jika kalian melakukan jual beli secara Inah, mengambil ekor sapi dan ridha dengan cocok tanam, kalian pun meninggalkan Jihad, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menjadikan kehianaan mengusai kalian, yang tidak akan ada orang mampu mencabutnya dari kalian sehingga kalian kembali kepada agama kalian”.[1]

Kalimat: “Jika kalian melakukan jual beli secara Inah”, jual beli Inah adalah salah satu jual beli riba. Yakni seseorang menjual barang misalnya 1,2 juta tempo satu bulan, kemudian si pembeli menjual kembali barang tersebut senilai 1 juta kontan. Akhirnya yang terjadi si pembeli ini mendapatkan uang 1 juta yang wajib ia bayarkan 1,2 juta dalam waktu satu bulan.

Praktek muamalah tersebut hanya sebagai permisalan saja untuk muamalah ribawiyah, bukan membatasi.

Kalimat: “mengambil ekor sapi dan ridha dengan cocok tanam”, maksudnya sibuk dengan urusan dunia dengan meninggalkan kewajiban, yang diantaranya adalah jihad.

Kalimat di atas hanya kinayah (kiasan) atas sikap kaum muslimin yang sibuk mengumpulkan dan memperhatikan dunia, sehingga hal itu memalingkan mereka dari kewajiban agama, diantaranya adalah kewajiban untuk berjihad. Dan penyebutan jihad dalam kalimat tersebut menunjukan pentingnya kedudukan jihad, yang – tentunya – mesti memenuhi syarat-syarat sebagaimana dijelaskan oleh baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam[2].

Kalimat: “maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menjadikan kehinaan menguasai kalian”, ini adalah peringatan yang sangat kuat, dimana kaum muslimin bukan sekedar hina akan tetapi dikuasai oleh kehinaan seolah-olah hampir tidak ada celah untuk keluar.

Solusi:

Solusi yang ditetapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada di ujung hadits, beliau bersabda: “Sehingga kalian kembali kepada agama kalian”.

Ketika Nabi bersabda: “Sehingga kalian kembali kepada agama kalian” seolah-olah ini bukanlah perkara yang baru, artinya semua muslim juga mengetahui bahwa, kita harus kembali kepada agama kita. Akan tetapi yang mesti kita perhatikan adalah kalimat agama kalian ?!!

Kembali kepada masalah agama kalian, tentunya agama yang dimaksud adalah agama yang ditetapkan dalam al-Qur’an, lalu dirinci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sunnahnya, kemudian dijelaskan oleh para shahabat, tabiin dan tabiut tabiin. Inilah pemahaman agama yang benar.

Kembali kepada agama, paling pokok adalah TAUHID.

Tauhid adalah tujuan Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan jin dan manusia, Tauhid pun tujuan Allah mengutus para Rasul, dan tujuan diturunkannya kitab-kitab. Apa pun usaha yang kita lakukan jika tidak kembali kepada Tauhid, maka sia-sia.

Dengan Tauhid, Allah subhanahu wa ta’ala berjanji akan memberikan kekuasaan, kekuatan dalam agama, dan kesejahteraan, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ٥٥

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (An-Nur [24]: 55)

Kembali kepada agama adalah kembali kepada SUNNAH:

Imam al-Barbahari rahimahullah mengatakan:

“Ketahuilah bahwa Islam adalah Sunnah dan Sunnah adalah Islam”. (Syarhus Sunnah).

Sunnah secara istilah adalah:

الهدي الذي كان عليه الرسول – صلى الله عليه وسلم – وأصحابه ، علماً واعتقاداً وقولاً وعملاً ، وهي السنة التي يجب اتباعها ، ويحمد أهلها ، ويُذم من خالفها

“Petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya secara keilmuan, keyakinan, ucapan dan pengamalan. Ialah Sunnah yang wajib diikuti, dipuji orang yang memegang teguhnya, dan dicela orang yang menyelisihinya”.[3]

Demikian pula diantara perkara yang tidak kalah penting dalam mencapai kejayaan adalah :

  • Dekatkan diri kita dan keluarga kita kepada al-Qur’an.
  • Perhatikan dengan baik pendidikan keluarga.
  • Jaga persatuan.

Demikian makalah singkat ini saya tulis semoga bermanfaat.

 


Footnote:

[1] Shahih, Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Baihaqi dalam as -Sunanul Kubra, dan dishahihkan oleh al-Albani.
[2] Lengkapnya, silahkan baca buku guru kami ustad Yazid bin Abdil Qadir Jawas tentang masalah Jihad.
[3] Mabahits fil Akidah oleh Dr, Nashir bin Abdil Karim al-Aql hal: 8 – cetakan Darul Wathan lin Nasyr.