Muqaddimah Kitab Asbab Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi

بسم الله الرحمن الرحيم

RINGKASAN KITAB ASBAB ZIYADATIL IMAN WA NUQSHANIHI 
Karya Syaikh Abdur Razaq al-Badr

Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Sumayyah Beni Sarbeni

Muqaddimah

Segala puji hanya milik Allah, hanya kepada-Nya kami memuji, meminta pertolongan, dan memohon ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari semua kejelekan jiwa dan keburukan perbuatan.

Barang siapa diberikan petunjuk oleh-Nya, niscaya tidak akan ada orang yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan oleh-Nya, niscaya tidak akan ada orang yang dapat memberikan petunjuk kepadanya,

Dan kami bersaksi sungguh tidak ada Illah yang berhak disembah dengan benar selain Allah yang maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan kami bersaksi sungguh Muhammad adalah hamba-Nya juga utusan-Nya.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya semua.

Ini adalah ringkasan kitab Asbab Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi karya Syaikh Abdul Razzak al-Badr, mudah-mudahan ringkasan ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya yang meringkasnya.

Tidak samar bahwa keimanan memiliki kedudukan dan tempat yang tinggi, karena ia adalah sesuatu yang paling penting dari yang penting dan sesuatu yang paling wajib dari yang wajib secara mutlak

Segala kebaikan di dunia juga di akhirat tergantung kepada nilai keimanan, karena itulah kaum salaf sangat perhatian terhadap tambahnya keimanan.

Umar bin Khatab Radhiallahu ‘anhu berkata kepada para sahabatnya:
“Marilah kita tambah keimanan kita”.

Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘anhu pernah berkata:
“Duduklah bersama kami untuk menambah keimanan”.

Abdullah bin Rawahah Radhiallahu ‘anhu pernah menarik tangan beberapa orang sahabatnya, lalu berkata:

“Marilah kita beriman walau sesaat, marilah kita mengingat Allah dan menambah keimanan dengan ketaatan, semoga Dia mengingat kita dengan ampunan-Nya.” 

Dan masih banyak lagi perkataan kaum salaf tentang hal itu.

Dan diantara akidah Ahlus Sunnah yang disepakati bahwa, Iman itu bisa bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Syaikh as-Sa’di Rahimahullah berkata: “Seorang mukmin yang diberikan taufik senantiasa berusaha dalam melakukan dua hal:

Pertama: Merealisasikan keimanan dan cabang-cabangnya secara keilmuan, pengamalan dan keadaan.

Kedua: Berusaha menolak segala yang menghilangkan dan menguranginya, atau mencacatinya dari berbagai bahaya yang tampak atau tidak, mengobati karena keduanya (yang mengurangi dan menghilangkan) dengan taubat yang sungguh-sungguh dan dengan melakukan kebaikan sebelum semuanya berlalu.