Kondisi Hati Yang Lembut

Kelembutan hati adalah kekuatan, berbeda dengan kelembutan anggota badan adalah kelemahan. Kelembutan hati adalah sucinya jiwa, yakni hati yang benar-benar Inabah (kembali) kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hati yang benar-benar bisa mengambil manfaat dari wahyu, baik Al-Qur’an maupun sunnah, hati yang benar-benar bisa mentauladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21).

Lembutnya hati bisa diraih dengan mengutamakan akhirat daripada dunia, karena itu Imam al-Bukhari mencantumkan kitab ar-Riqaq (kelembutan hati) dalam shahihnya, isi kitab tersebut adalah tentang keutamaan akhirat dan hinanya dunia.

Atau para ulama lainnya menyebut ar-Riqaq ini dengan sebutan az-Zuhdu, semisal Imam Ibnul Mubarok, Ibnu Abid Dunya dan yang lainnya.
▬▬▬▬

Adapun orang-orang zhalim dan orang-orang kafir, wahyu itu hanya menjadikan mereka lebih merugi, Allah subhanahu wa ta’ala:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra: 82).

Faidah dari Al-Ustadz,
🔳 BENI SARBENI, Lc, M.Pd.
Hafidzhahullah