Pembahasan sebelumnya baca disini

KAIDAH KEDUA
Alasan kesyirikan kaum Musyrikin

Diterjemahkan oleh : Ustadz Beni Sarbeni, Lc

القاعدة الثانية: أنهم يقولون: ما دعوناهم وتوجهنا إليهم إلا لطلب القربة والشفاعة, فدليل القربة قوله تعالى: {وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ} ودليل الشفاعة قوله تعالى: {وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ}. والشفاعة شفاعتان: شفاعة منفية، وشفاعة مثبتة. فالشفاعة المنفية ما كانت تطلب من غير الله فيما لا يقدر عليه إلا الله. والدليل قوله تعالى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ} والشفاعة المثبتة هي التي تطلب من الله، والشافع مكرم بالشفاعة، والمشفوع له من رضي الله قوله وعمله بعد الإذن، كما قال تعالى: {مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ}

Kaidah kedua: mereka berkata: “Tidaklah kami menghadap dan memohon kepada mereka (baca: berhala) kecuali untuk meminta al-Qurbah (baca: kedekatan dengan Allah) dan Syafa’at”.

Dalil al-Qur’bah adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَولِيَآءَ مَا نَعبُدُهُم إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلفَىٰ إِنَّ ٱللَّهَ يَحكُمُ بَينَهُم فِي مَا هُم فِيهِ يَختَلِفُونَۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهدِي مَن هُوَ كَٰذِب كَفَّارٞ ٣

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”. (Az-Zumar [39]: 3)

Adapun dalil Syafa’at adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَيعبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُم وَلَا يَنفَعُهُم وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَآءِ شُفَعَٰؤُنَا عِندَ ٱللَّهِۚ

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. (Yunus [10]: 18)

Syafa’at itu ada dua macam; syafaat yang dinafikan (baca: oleh agama) dan syafa’at yang ditetapkan.

Adapun Syafa’at yang tidak dibenarkan adalah syafa’at yang diminta dari selain Allah dalam perkara yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh Allah.

Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala:

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقنَٰكُم مِّن قَبلِ أَن يَأتِيَ يَوم لَّا بَيع فِيهِ وَلَا خُلَّة وَلَا شَفَٰعَة وَٱلكَٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٢٥٤

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim”. (Al-Baqarah [2]: 254)

Adapun syafa’at yang dibenarkan adalah syafa’at yang diminta dari Allah dengan syarat orang yang memberikan syafa’at (As-Syafi) adalah orang yang dimuliakan dengan syafa’at

Dan yang diberikan syafa’at (Al-Masyfu lahu) adalah orang yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam ucapan dan amalnya, tentunya setelah Allah mengizinkannya, hal itu sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

مَن ذَا ٱلَّذِي يَشفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذنِهِۦۚ

“Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?” (Al-Baqarah [2]: 255)

bersambung…