RUKUN IMAN KEEMPAT
IMAN KEPADA PARA RASUL #1
A. Makna iman kepada para Rasul
Membenarkan tanpa ada keraguan sedikit pun bahwa Allah ‘azza wa jalla mengutus seorang Rasul kepada setiap umat untuk menyeru mereka agar ibadah kepada Allah saja, dan mengajak untuk mengingkari setiap yang diibadahi selain Allah, dan membenarkan bahwa mereka semua adalah utusan Allah yang benar (jujur).
Semua rasul telah menyampaikan risalah yang mereka emban, sebagian rasul Allah informasikan nama mereka kepada kita dan sebagiannya lagi Allah sembunyikan.
B. Perbedaan antara Rasul dan Nabi
Lafazh Rasul dan Nabi itu seperti lafazh Islam dan Iman, jika keduanya disebutkan secara bersamaan, maka masing-masing memiliki makna yang berbeda, namun jika dipisahkan maka satu sama lainnya saling melingkupi. Nabi adalah Rasul dan Rasul adalah Nabi, maknanya satu, demikianlah umumnya.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan,” (QS. Al Ahzab [33]:45)
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS. Al Ahzab [33]:46)
Terkadang Allah menyebut Rasul dan Nabi bersamaan:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّىٰ أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (QS. Al Hajj [22]: 52)
Rasul adalah seseorang yang Allah wahyukan syari’at kepadanya dan memerintahkannya agar menyampaikan kepada orang yang tidak mengetahui syari’at tersebut atau mengetahuinya namun menyelisihinya.
Nabi adalah seseorang yang mendapatkan wahyu syari’at yang telah lalu untuk mengajari orang yang meninggalkan syari’at itu dan memperbaharuinya.
C. Setiap umat telah Allah utus Rasul dan Nabi kepada mereka
Setiap umat pasti telah Allah utus seorang Rasul kepada mereka dengan membawa syari’at baru atau seorang Nabi yang kepadanya diwahyukan syari’at sebelumnya untuk diperbaharui dan diajarkan kepada orang-orang disekitarnya.
Allah berfirman:
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An Nahl [16]: 36)
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-Nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al Ma’idah [5] :44)
D. Hukum beriman kepada para Nabi dan Rasul.
Iman kepada para Nabi dan Rasul adalah salah satu di antara rukun iman yang enam.
Maka iman dan membenarkan semua Nabi dan Rasul wajib hukumnya. Barang siapa yang mengingkari salah satu dari mereka, maka sama dengan ingkar kepada semuanya.
Maka wajib bagi kita:
1. Membenarkan kabar yang shahih tentang mereka.
2. Meneladani mereka dalam kejujuran dalam beriman, kesempurnaan tauhid dan akhlak yang terpuji.
3. Mengamalkan syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diutus kepada kita yang merupakan penghulu para Nabi dan Rasul, serta penutup mereka yang diutus kepada seluruh manusia.
Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ءَامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ مِن قَبۡلُۚ وَمَن يَكۡفُرۡ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلَۢا بَعِيدًا
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisa [4]: 136)
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab [33]: 21)
E. Hak-hak para Nabi dan Rasul
Para Nabi dan Rasul adalah manusia makhluk terbaik; karena kesempurnaan iman mereka, kejujuran mereka dalam keyakinannya, bagusnya ibadah mereka, sempurnanya mereka dalam mengenal Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan syari’at-Nya. Berbuat baik kepada sesama makhluk, berkasih sayang kepada manusia, bersabar untuk mendakwahi manusia kepada agama, mencurahkan segenap kemampuannya untuk meninggikan tauhid agar hanya Allah satu-satunya yang diibadahi tanpa disekutukan.
Maka hak mereka terhadap kita adalah:
1. Beriman kepada mereka
2. Membenarkan mereka
3. Mencintai mereka
4. Memuji mereka tanpa berlebihan
5. Memuliakan mereka
6. Mengucapkan shalawat dan salam ketika menyebut mereka
7. Mengukuti mereka dalam tauhid dan imannya yang sempurna, akhlak yang baik, berdakwah kepada Allah
8. Mengikuti dan mengamalkan syari’at nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang diutus kepada kita.
Allah berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰٓ ءَادَمَ وَنُوحًا وَءَالَ إِبْرَٰهِيمَ وَءَالَ عِمْرَٰنَ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing),” (QS. Al ‘Imran [3]: 33)
ذُرِّيَّةَۢ بَعۡضُهَا مِنۢ بَعۡضٖۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“(Sebagai) Satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al ‘Imran [3]: 34)
ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبًا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
“(Yaitu) Orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al A’raf [7]: 157)
Diringkas oleh Ustadz Hafizh Abdul Rohman, Lc. (Abu Ayman) dari kitab:
Mausuu’atul Fiqhil Islaamiy, Muhammad Bin Ibraahiim Bin Abdillah At-Tuwaijiriy, Jilid kesatu, Cetakan kesatu, tahun 1430 H/2009 M.