Di antara Dalil-Dalil yang Menunjukkan kepada Kewajiban Mengikuti Salaf Shalih dan Bermazhab Salaf

DI ANTARA DALIL-DALIL YANG MENUNJUKKAN KEPADA KEWAJIBAN MENGIKUTI SALAF SHALIH DAN BERMAZHAB SALAF

Oleh: Syaikh DR. Abdussalam bin Salim as-Suhaimi

Allah ta’ala berfirman:

وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ

“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku”. (Luqman [31] : 15)

Allah benar-benar memerintahkan kita agar mengikuti jalan para sahabat Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam, menapak tilas jejak mereka dan menempuh manhaj mereka.

Imam Ibnul Qayyim berkata setelah menyebutkan ayat di atas:

“Setiap sahabat Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam adalah orang yang kembali kepada Allah ta’ala, maka wajib mengikuti jalan mereka. Ucapan dan akidah mereka adalah seutama-utamanya jalan sahabat, Allah memperingatkan kita dari menyelisihi jalan mereka, bahkan Allah yang Mahasuci mengancam orang yang menyelisihi para sahabat dengan Neraka Jahannam, Dia berfirman:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali”. (An-Nisa [4] : 115)

Allah mengabarkan kepada kita, mengenai ridha-Nya kepada orang yang mengikuti para sahabat dengan baik dan menjanjikan pahala yang besar kepada mereka:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung”. (At-Taubah [9] : 100)

Allah mengancam orang yang mengikuti selain jalan para sahabat dengan azab neraka Jahannam, sebagaimana Allah menjanjikan Surga dan keridhaan bagi yang mengikuti mereka.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepada umatnya agar mengikuti sunnahnya dan sunnah para Khalifah sepeninggal beliau, ia bersabda:

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَ فًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اْلمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي، تَمَسَّكُوْا بِهَا، وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.

“Sesungguhnya, barangsiapa yang berumur panjang di antara kalian (para sahabat), akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaa Ar-Raasyidun –orang-orang yang mendapat petunjuk- sepeninggalku. Pegang teguhlah dan gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian, jangan sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap bid’ah adalah sesat”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Beliau juga bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidup pada generasi aku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya” (HR. Al-Bukhari, No. 2652 dan Muslim, no. 2533, dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan ciri-ciri Firqah Najiyah (satu kelompok yang selamat dari neraka) dalam hadits tentang perpecahan umat dengan sabdanya:

مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي

“Orang yang mengikuti aku dan para sahabatku”.

Barang siapa yang menganut apa yang dianut oleh para Sahabat maka dia termasuk Firqah Najiyah dan siapa saja yang menyelisihi dan menjauh dari mereka maka termasuk orang yang diancam oleh Allah.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, beliau berkata:

اتَّبِعُوْا وَلاَ تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ.

“Hendaklah kalian ittiba’ dan janganlah berbuat bid’ah karena kalian telah dicukupi (dengan Sunnah)”

Beliau juga berkata:

إنَّا نَقْتَدِي وَلَا نَبْتَدِي، وَنَتَّبِعُ وَلَا نَبْتَدِعُ، وَلَنْ نَضِلَّ مَا تَمَسَّكْنَا بِالأَثَرِ

“Sesungguhnya kewajiban kita adalah meneladani dan bukan menyelisihi, mengikuti dan bukan melakukan bid’ah, kita tidak akan pernah menyimpang selagi berpedoman kepada peninggalan (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya)”

Ubay bin Ka’ab berkata:

عَلَيْكُمْ بِالسَّبِيلِ وَالسُّنَّةِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَبْدٍ عَلَى سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ ذَكَرَ الرَّحْمَنَ عَزَّ وَجَلَّ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَتَمَسَّهُ النَّارُ أَبَدًا، وَإِنَّ اقْتِصَادًا فِي سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ خَيْرٌ مِنِ اجْتِهَادٍ فِي خِلَافِ سَبِيلٍ وَسُنَّةٍ.

“Hendaknya kalian berpegang teguh dengan jalan yang lurus dan Sunnah, karena tidak ada seorang pun dari hamba Allah yang akan disentuh neraka selamanya, selagi ia berada di atas jalan yang benar dan Sunnah, di mana ia ingat kepada Ar-Rahman ‘Azza wa Jalla, lalu berderai air matanya karena takut kepada Allah ‘Azza wa jalla. Dan sesungguhnya sederhana dalam jalan kebenaran dan jalan Sunnah itu lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam menyelisihi jalan kebenaran dan menyelisihi Sunnah”.


Abul ‘Aaliyah berkata:

عَلَيْكُمْ بِالأَمْرِ الأَوَّلِ الَّذِي كَانُوا عَلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقُوا

“Hendaknya kalian berpegang teguh dengan urusan yang awal, yang dahulu dianut oleh mereka sebelum terpecah belah.”


Al-Auzaa’i berkata:

اصْبِرْ نَفْسَكَ عَلَى السُّنَةِ وَقِفْ حَيْثُ وَقَفَ القَوْمُ وَقُلْ بِمَا قَالُوْا وَكُفَّ عَمَّا كَفُّوْا عَنْهُ وَاسْلُكْ سَبِيلَ سَلَفِكَ الصَّالِحِ فَإنَّهُ يَسَعُكَ مَا وَسِعَهُمْ

“Sabarkanlah dirimu di atas Sunnah, berhentilah di mana para sahabat berhenti, berkatalah dengan apa yang mereka katakan (yakini ucapan mereka), tinggalkanlah apa yang mereka tinggalkan, dan tempuhlah jalan pendahulumu yang shalih (Salaf Shalih), karena apa yang telah mencukupi mereka, juga akan mencukupimu”


Beliau juga berkata:

عَلَيْكَ بِآثَارِ مِنْ سَلَفَ وَإِنْ رَفَضَكَ النَّاسُ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ الرِّجَالِ وَإِنْ زَخْرَفُوهَا لَكَ بِالقَوْلِ

“Hendaknya kalian berpedoman kepada peninggalan Salaf (dalam beragama), walaupun orang-orang menentangmu. Dan jauhilah opini-opini (pendapat, pikiran, pendirian) orang (dalam urusan beragama), walaupun mereka menghiasi opininya dengan ucapan indah”.


Imam Ahmad rahimahullah berkata:

أُصُولُ السَّنَةَ عِنْدَنَا التَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالاِقْتِدَاءُ بِهِمْ، وَتَرْكُ الْبِدَعِ

“Pokok-pokok Sunnah (akidah, manhaj) menurut kami adalah berpegang teguh dengan apa-apa yang dianut oleh para sahahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, meneladani mereka dan meninggalkan bid’ah”.

Para ulama dari kalangan Imam-imam Sunnah dari generasi ke generasi senantiasa mengajak untuk mengikuti Salaf Shalih, meneladani, meniti jalan dan menapaki jejak mereka.

Bersambung in syaa Allah…

Diterjemahkan oleh Ustadz Hafizh Abdul Rohman, Lc (Abu Ayman) dari kitab :
Kun Salafiyyan ‘Alal Jaaddah, ‘Abdussalaam bin Saalim bin Rajaa As-Suhaimi, Ad-Daarul Atsariyyah, 2012 M