Penulis: Ustadz M. Abdulrohman, Lc. hafizhahullah
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّمَاٱلْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُواْ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”.
(QS. Al-Hujurāt [49]: 10)
Manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lainnya saling membutuhkan untuk memenuhi keperluan dan meningkatkan taraf hidupnya, inilah yang ditegaskan oleh Islam, terlebih lagi terhadap sesama Muslim. Sebagai seorang Muslim diwajibkan untuk menjalin tali persaudaraan dengan Muslim lainnya, dengan memperhatikan hak-hak dan kewajiban masing-masing yang telah ditetapkan di dalam Islam.
Persaudaraan sesama Muslim yang dibangun atas dasar keimanan tersebut merupakan pemandangan yang indah, karena hal itu akan menumbuhkan dan menghasilkan rasa kasih sayang antar sesama dan Rahmat dari Allah ‘azza wajalla, sebagaimana yang telah ditunjukkan pada ayat di atas. Dan berikut penjelasan mengenai hal tersebut.
Tafsir Ayat Di Atas:
Syaikh Abdurrahman bin Nāshir As-Sa’di rahimahullah berkata mengenai ayat di atas,
“Ini adalah perjanjian yang ditunaikan Allah subhanahu wata’ala di antara sesama orang-orang yang beriman. Siapapun orangnya yang berada di belahan timur bumi ataupun barat yang beriman kepada Allah ‘azza wajalla, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul-Nya, serta beriman kepada Hari Akhir, maka ia adalah saudara orang-orang yang beriman lainnya.
Persaudaraan yang mengharuskan orang-orang mencintainya sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri, serta tidak menyukai apapun mengenainya sebagaimana diri mereka sendiri tidak suka terkena hal itu. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda seraya memerintahkan untuk mempererat persaudaraan keimanan,
لَا تَحَاسَدُوْا وَلَا تَنَاجَشُوْا وَلَا تَبَاغَضُوْا وَلَا تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا. الْمُسْلِمُ أَخُو الـمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَكْذِبُهُ.
“Janganlah kalian saling dengki, saling menghasut, saling marah, dan saling membelakangi, tapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara, orang Muslim adalah saudara Muslim (lain), tidak menzhaliminya, tidak mengacuhkannya, dan tidak mendustakannya”.[1]
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
الـمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang Mukmin bagi Mukmin (lain) laksana bangunan yang saling menguatkan satu sama lain”.
Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam (bersabda demikian) seraya menyatukan semua jari-jemari beliau”.[2]
Allah subhanahu wata’ala dan RasulNya memerintahkan untuk menunaikan hak-hak kaum Mukminin satu sama lain yang bisa mewujudkan persatuan, saling mencintai dan saling menyambung di antara mereka. Semua itu dimaksudkan untuk memperkokoh hak-hak sesama mereka.
Untuk itu, jika terjadi peperangan di antara sesama kaum Mukminin yang bisa menyebabkan perpecahan hati, saling membenci serta saling membelakangi satu sama lain, maka hendaklah kaum Mukminin lainnya mendamaikan saudara-saudaranya serta berusaha untuk melenyapkan kedengkian di antara mereka yang saling berperang.
Selanjutnya Allah subhanahu wata’ala memerintahkan mereka untuk bertakwa secara umum serta menyebutkan kasih sayang sebagai akibat dari menunaikan ketakwaan serta hak-hak kaum Mukminin.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
“Agar kamu mendapat rahmat”.
Jika telah mendapatkan rahmat, maka kebaikan dunia dan akhirat pun didapat. Hal itu menunjukkan bahwa tidak menunaikan hak-hak kaum Mukminin merupakan salah satu penyebab terbesar terhalangnya rahmat.[3]
Hak saudara Muslim yang tertindas
Di antara hak seorang Muslim atas Muslim yang lain adalah merasakan sakit terhadap apa yang menimpa Muslim yang lainnya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
((مَثَلُ الـمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى)).
“Orang-orang Mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh, apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)”.[4]
Maka, ketika seorang Muslim melihat saudaranya tertindas, kemudian hati dia sama sekali tidak peduli dan tidak merasa sakit, itu menunjukkan kelemahan dan kurangnya iman dia kepada Allah robbul’alamin.
Maka, ketika kaum Muslimin yang ada di Palestina ditindas oleh orang-orang Yahudi, tentu Muslim manapun yang beriman kepada Allah tidak boleh ridho dan diam begitu saja, akan tetapi dia berusaha membantu sesuai dengan kemampuannya, walaupun hanya dengan berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala.
Demikian, semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa menjaga hubungan baik kita dengan saudara dan sahabat, menjadikan persaudaraan dan persahabatan ini berlandaskan agama Islam, dan mengangkat serta menghilangkan kesulitan dan penderitaan kaum Muslimin yang ada di Palestina dan di seluruh penjuru dunia. Wallahu Waliyyul Mukminin.
Referensi:
- [1] HR. Bukhari, no. 6064 dan Muslim, no. 2559
- [2] HR. Bukhari, no. 6026 dan Muslim, no. 1999
- [3] Tafsir As-Sa’di, hal. 800
- [4] HR. Bukhari, no. 6011 dan Muslim, no. 2586
Dikutip dari: